Malam itu, cuaca begitu dingin, angin malam menembus kulit dan daging, dan sampai pada tulang-tulang putihku.. Kakiku yang beralaskan flatshoes hitam, begetar, aku gosok-gosokkan kedua kaki agat suhu tubuh sedikit naik dan menghangat. Kusentuh hidungku dengan jari-jariku yang hampir mati rasa, dingin.. hidungku sedingin pecahan es batu yang biasa menari-nari di dalam segelas fluida.
Pengamen jalanan mulai beraksi, menyuguhkan lagu-lagu menyayat hati, sambil menyodorkan kemasan plastik bekas ke para penumpang sebagai tempat untuk menerima receh-receh, krincing, crek crek.. suara uang koin itu beradu dengan suara nyanyian pengamen, gitar dan harmonika yang mereka mainkan.. Sendu. Merdu.
Kulihat lampu-lampu di jalanan dari balik sebuah kaca, yang menjadi pembatas antara dunia di dalam keramaian bus dengan dunia lain hiruk pikuk lalu-lalang kendaraan di luar sana.. Lampu-lampu rumah, lampu-lampu kendaraan, berkelebat.. seperti sebuah garis, yang kemudian menghilang ke belakang, jauh aku tinggalkan seiring dengan cepatnya ke-empat roda hitam pekat itu berputar mengantarkan aku ke Jogja. Ahh, kota ini.. Malam itu aku kembali, ke kota ini, kota tempat semua kehidupanku berawal. Kota yang aku tinggalkan untuk meraih masa depan yang masih terasa semu di mataku.
Sebuah nama terlintas di depan kedua mataku. Namun keberadaannya keburu hilang, sebelum janji itu terlaksana, ya, dan janji-janji lain, yang hanya tinggal sekedar janji, tanpa adanya realisasi..
Aaaa..
Aku tidak suka kembali ke kota ini, aku suka kota ini, selalu saja ada pro dan kontra di dalam otak sesosok manusia. Ingatan-ingatan itu kembali. Tidak hanya pada satu sosok, tetapi kepada sosok-sosok lain. Yang hanya menimbulkan penyesalan, dan aku menginginkan sebuah mesin waktu. Sebuah loncatan yang akan membawaku kembali ke detik-detik dimana sebuah titik itu berawal atau berakhir.
Entahlah..
Ingatan selalu menduduki tempat istimewa di dalam otak manusia. Segigih apapun kita menjaga kenangan, pasti bakal ada yang mengabur. Mungkin begitu, ya, pada akhirnya ingatan manusia akan menuju ke sebuah area abu-abu dimana mengingat dan melupa menjadi samar-samar.. kita tidak pernah ingat kapan ingatan itu menjadi terlupakan. Ahh.. Begitu juga ingatanmu, yang mungkin tidak hanya melupa, tetapi sosokku sudah get out from your head, and your heart, maybe..
Kota ini, selalu saja menjadi pengingat akan keberadaannya, seperti alarm yang selalu berbunyi jika ada ketidakseusaian dengan sistem, dan sistem di dalam otak ini selalu menganggap dirinya adalah keberadaan yang normal. Kota ini menjadi sebuah alarm, yang selalu saja membawa arah ingatan ini kembali ke dalam sebuah jalur yang menuju bayangan kenangan sosok itu.
Aku ingin membunuh waktu, menikmati pemandangan nyata di luar sana dan pemandangan halusinasi di dalam pikiran dan lamunanku. Semuanya menyatu dengan begitu sempurna. Membekas.
Muncul suatu pertanyaan. Do you still remember me?
Still everyday I think about you.. I know for a fact that's not your problem..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar