Hai hai. Beberapa waktu lalu aku baru saja melancong ke kota Jakarta, tentunya wajib berkuliner dong. Hari pertama berada di ibu kota, sepupuku mengajak untuk makan malam di Iga Panggang Panglima, Jl. Gandaria Tengah 2 no.30, Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Katanya, ini adalah tempat makan favorit sepupuku, oke, let's try.
Tempatnya biasa, layaknya kaki lima, dengan meja panjang dan kursi plastik yang bisa menampung sekitar 20-an orang pengunjung. Menu yang ditawarkan di tempat ini special iga panggang. Aku memesan iga panggang rasa barbeque dan teh panas. Begitu iga panggang tersebut terhidang di depan mata di atas meja, kesan pertama yang aku rasakan adalah : WOW ! Porsinya menantang sekali.
Tiga ruas iga panggang berukuran besar, berbalut saus barbeque, dengan side dish kentang goreng, terhidang di atas sebuah piring putih. Jujur saja, aku agak ndeso, dan ini adalah iga panggang porsi terbesar yang pernah aku makan. Aku belum pernah menemukan iga panggang dengan porsi sebesar ini di Jogja.
Daging iga panggangnya sangat empuk, gampang banget ditarik dari tulangnya menggunakan garpu. Rasanya enak, bumbunya meresap ke dalam daging, saos barbequenya juga gurih, sedap banget pokoknya. Dan, yang paling aku sukai, iga panggang ini hampir tidak ada lemaknya. Tiga ruas iga panggang dengan kentang goreng ini aku santap dengan lahap dalam sekejab, doyan apa doyan..
Satu porsi iga panggang dibandrol dengan harga Rp 65.000,00. Mahal untuk ukuran harga makanan di Jogja, tetapi sepertinya normal-normal saja untuk harga makanan kaki lima di Jakarta. Haha. Yah, berbeda dengan kota Jogja yang segmen pasarnya adalah para mahasiswa, jadi kuliner Jogja cenderung dijual dengan harga terjangkau dan porsi secukupnya. Sedangkan Jakarta, makanannya cenderung mahal dengan porsi mantab dan sepertinya harga di atas masih terjangkau untuk orang-orang yang berkarier di ibu kota.
Sepertinya, ibu kota menawarkan berbagai macam kuliner yang menarik untuk di-explore. Selamat berkuliner :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar