Sabtu, 24 Maret 2012

Pisang PLENET

Hahaii..
I'm home !

Hahaha. It's a holiday, because of "Nyepi Day" on Friday, so I have 3 days off. Great ! I go back to Jogja, I meet my mother, father and sister. But, it has been a long time I didn"t go home, my mother really miss me and she do not permit me to go hang out with my friends. Ok, it's time to make a quality time with my family.  It's a family time. Now, I'm in my sweet room, heading my netbook, and i will tell you my story when I was in Semarang a few days ago.

Untuk kedua kalinya, aku mengunjungi Pasar Semawis, Semarang. Sebuah pasar malam, semacam kawasan kuliner yang berlokasi di daerah Pecinan. Kampung Pecinan merupakan sebuah kawasan dimana warga keturunan Tionghoa hidup selama berabad-abad di Semarang. Aku sudah pernah membahas tentang Pasar Semawis beberapa waktu yang lalu di sini. Tetapi ternyata masih banyak hal yang luput dari perhatianku dulu waktu pertama kali ke Pasar Semawis.

Aku bersama teman-teman melaju menuju Pasar Semawis menembus dinginnya malam diiringi canda dan tawa. Suasana malam itu begitu ramai, mungkin karena kami datangnya pas malam minggu, banyak muda-mudi yang berjalan-jalan di sana, entah menghabiskan malam minggu bersana teman-teman se-geng, atau pasangan muda-mudi yang sedang memadu kasih. Malam yang gelap, lampu-lampu yang terang benderang, lampion-lampion berwarna merah menambah maraknya malam itu.

Kami berjalan kaki, menelusuri area Pasar Semawis yang memang dikhususkan untuk pejalan kaki, jadi kendaraan tidak boleh memasuki kawasan tersebut. Di sepanjang jalan kami disuguhi oleh alunan dan lantuan lagu-lagu berbahasa Tionghoa, ternyata nyanyian itu brasal dari orang-orang tua (kakek-kakek dan nenek-nenek) yang sedang berkaraoke menyanyikan lagu-lagu berbahasa Tionghoa secara terbuka. Mereka bernyanyi dengan penuh semangat, walaupun sudah tua, mereka tetap berusaha melestarikan dan memperkenalkan lagu-lagu berbahasa daerah mereka kepada para pengunjung Pasar Semawis. Sebuah hiburan yang jarang sekali bisa ditemui di daerah lain.
Di sepanjang jalan, di sisi kiri dan kanan jalan banyak sekali penjual makanan, beragam makanan dijual disana, kita bisa membeli makanan kemudian duduk-duduk menikmati eksotika budaya Tionghoa di tempat duduk yang memang sudah disediakan untuk pengunjung menikmati makanan. Untuk orang muslim, harus berhati-hati memilih makanan ya, karena tidak semua makanan yang dijual disana Halal :)
Selain wisata kulinernya yang banyak pilihan, di Pasar Semawis juga banyak penjual yang menjajakkan barang-barang khas Tionghoa, misalnya pernak-pernik seperti gelang, cincin, kalung, batu giok berwarna hijau yang khas, menarik sekali, pengen banget membeli sebuah kalung tetapi apa daya kantongku sudah teriak melolong-lolong bolong alias kempes. Ada juga sebuah stand peramal, yang ingin diramal karier jodoh atau keunganan monggo-monggoo..

Setelah menelusuri Pasar Semawis dan menimang-nimang makanan apa yang akan kami beli, akhirnya pilihan kami tertuju kepada PISANG PLENET khas Semarang.

Aku sendiri baru tahu kalau pisang plenet merupakan salah-satu makanan khas kota Semarang, selain loenpia, tahu pong dan tahu gimbal. Buat kalian yang belum tahu pisang plenet, jangan salah baca jadi pisang planet lho. Pisang plenet merupakan makanan berbahan dasar pisang kepok yang dibakar kemudian dipencet, ditekan atau diplenet sampai pisang menjadi pipih. Pisang yang sudah diplenet ini kemudian disusun di atas kertas saji menjadi beberapa lapisan, diantara setiap lapisan diberi gula bubuk dan coklat meses, sehingga rasanya manis dan nikmat. Pisang ini kemudian dipotong-potong dan siap disajikan hangat..
Rasanya cukup menggoyang lidah, aku yang tidak suka buah pisang, bisa menghabiskan pisang plenet ini sampai habis. Dari gerobaknya kita bisa tahu kalau pisang plenet ini sudah ada sejak tahun 1960. Tentunya jika kalian mengunjungi Pasar Semawis, pisang plenet ini bisa menjadi salah satu pilihan makanan yang recomended untuk dicoba. Harganya? Tenang-tenang.. cukup murah kog, 1 porsi dihargai Rp 6.000,- saja.

Setelah puas menikmati jajanan khas kota Semarang ini, kamipun kemudian melanjutkan perjalanan. Tetapi cukup sampai disini saja ceritanya..

Selamat berkuliner guys !

Tidak ada komentar: