Ini adalah karya kedua Hanum Salsabiela Rais yang aku baca.
Siapa yang tidak kenal sosok Amien Rais? Seorang tokoh yang dijuluki sebagai Bapak Reformasi, mantan Ketua MPR-RI periode 1994-2004, dan pernah berlaga sebagai Calon Presiden RI di pemilu 2004. Tentunya orang Jogja pasti tahu banget sama mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1995-2000 ini.
Sebenarnya aku bukan orang yang suka dengan politik. Lihat berita politik di televisi saja aku malas, dan ingin segera mengganti chanel televisi. Keluarga, tetangga dan teman-temanku banyak yang mengidolakan sosok ini. Kenapa? Ya, pertanyaan itu yang selalu aku tanyakan. Ibuku, kalau ada pengajian dan yang memberi ceramah atau berdakwah adalah pak Amien Rais, selalu saja bersemangat untuk datang. Aku ingat ketika pertama kali aku ikut pemilu dan menggunakan hak pilihku untuk mencoblos partai, orang tuaku menyuruhku untuk mencoblos PAN (Partai Amanah Nasional) dimana pak Amien Rais sebagai Ketua Umumnya, dan akupun cuma manut-manut saja, karena memang ya cuma ikut-ikutan keluarga.
Begitu tahu ada seorang teman yang memiliki buku ini, aku langsung mendaftar di waiting list untuk meminjam buku ini. Buku ini bukan tentang politik, namun lebih ke sudut pandang Hanum, seorang anak terhadap Bapaknya sebagai kepala keluarga. Walaupun di dalam buku ini terdapat beberapa cerita mengenai perjuangan, sudut pandang, dan perjalanan Amien Rais di kancah politik nasional. Oh iya, Hanum Salsabiela Rais adalah anak kedua dari lima putra-putri pasangan Amien Rais dan Kusnasriyati Sri Rahayu.
Di dalam buku ini, dijelaskan bagaimana Pak Amien Rais mendidik kelima putra-putrinya untuk menjadi pribadi yang mandiri dari kecil. "Ibu dan Bapak tidak bisa meninggalkan materi keduniaan suatu saat bila kami sudah tiada. Hanya bekal ilmu pengetahuan yang bisa kami wariskan untuk kalian". Itulah kata-kata mutiara dari kedua orang tua Hanum. Pak Amien Rais memiliki anggapan, bahwa jika putra-putrinya dibekali pengetahuan agama yang dalam dan penguasaan bahasa Inggris, maka akan survive dalam menjalani tantangan hidup. Salah satunya adalah dengan menyekolahkan putra-putrinya di sekolah Muhammadiyah, untuk mengokohkan fondasi agama. Tentang bahasa Inggris, tak banyak orang Indonesia yang mampu berbahasa Inggris dengan baik dan benar. Padahal, bahasa Inggris adalah bahasa komunikasi Internasional antar manusia di dunia. Amien Rais berkata kepada putra-putrinya bahwa bahasa Inggris mengantarkan kalian melihat jendela dunia. Ingin menjadi apa pun kalian suatu saat nanti, dengan kemampuan bahasa Inggris, akan bisa mengantarkan kalian menjadi manusia globlal, di mana pun kalian berada.
Orang tua Hanum tidak mengekang putra-putrinya terlalu berlebihan, mereka memberikan kesempatan putra-putrinya untuk memilih dan mencoba banyak hal, tentunya harus dengan sikap siap menanggung resiko dari pilihan tersebut. Memperluas cakrawala. Yak, pak Amien Rais ingin menunjukkan pada putra-putrinya dunia di luar sana dan ingin memperkenalkan siapa saja yang ia temui di berbagai kesempatan. Beliau tidak ingin dunia putra-putrinya hanya selebar daun kelor.
Dimensi membentuk keluarga sakinah ma waddah wa rohmah adalah refleksi dari keteguhan pak Amien Rais untuk menjaga rukun Islamnya yang kedua : salat 5 waktu. Amien Rais gigih mengajarkan keluarganya agar selalu salat berjamaah. Bukan karena pahalanya yang berlipat-lipat. Tetapi, karena manfaatnya bagi keharmonisan suatu keluarga. Salat berjamaah telah mengokohkan ikatan batin, luar-dalam antara anggota keluarga. Amien Rais percaya, semakin sering salat berjamaah, semakin terjaga keluarga dari pengaruh buruk di luar sana.
Banyak sekali nilai-nilai keteladanan yang bisa kita ambil dari buku ini, bagaimana sosok Amien Rais menjadi pemimpin yang baik bagi keluarganya dan masyarakat. Kita pun bisa mencontoh cara beliau mendidik putra-putrinya untuk mendidik putra-putri kita suatu saat nanti. Setelah membaca buku ini, akupun ikut kagum dengan sosok beliau, bukan lagi karena pengaruh orang tua, tetapi karena pribadi beliau.
That's all. Happy reading !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar